Sekarang.. jalani hari dengan sedikit kebohongan, keluh bibirku untuk ucapkan kebenaran. Aku ketikkan barisan cerita ini bukan inginku membuat pengaduan, atau meminta pertolongan tapi hanyalah mencari tempat pelampiasan semua kebodohanku. Kedengarannya egois tapi bukan karena itu, karena aku malu, dan semuanya itu mengalahkan mulutku untuk berteriak.
Untaian kata yang panjang yang sudah aku persiapkan namun tak sepatah kata pun terlontar dari bibir tipis ini ketika berada tepat dihadapannya. Karena apa?? Aku tidak memiliki jawaban yang tepat untuk itu, semuanya buram, samar dan gelap.
Ironis, menjadi seorang pecundang dan tenggelam bersama cinta yang tetap bersarang..
Apa aku harus tetap menyimpan ini semua, dan biarkan berlumut lalu terkubur dalam hatiku. Aku tak ingin itu terjadi, aku juga tak pernah berharap itu semua pudar dan menghilang.
Tatapannya tajam namun sayu hingga membuatku terbuai, dan tubuhku hanya bisa berdiri kaku. Aku sulit untuk berkata, mengutarakan semua perasaan yang sudah tersimpan rapi dengan lama. Pernah suatu kali aku berharap, kalau angin akan membawanya berlalu dan jangan kembali lagi. Namun perasaan itu jauh lebih kuat untuk tetap bertahan, dia tetap berdiri tegar dalam pelukan impian kasih sayang.
Aku gak peduli apakah dia mempunyai perasaan yang sama dengan aku, tapi setidaknya aku berani untuk ucapkan kalau aku sayang dia. Tetap saja aku kalah, terbius dengan jemari yang terkepang erat dan hati yang terkekang ingin mencari tempat berlabuh. Air hangat mulai mengalir di kedua pipi ku, kantung mata mulai dibanjiri dengan tangis. Menangisi semua kebodohanku, meratapi semua takutku. “ Helllooo…kamu cwok, kamu itu lelaki, tapi mengapa kamu menangis??” terdengar sapa dari kamarku yang kosong. Apa aku juga gak bisa menangis ?? Apakah seorang lelaki tidak memiliki air mata?? Ku mohon..biarkan aku memeluk sedikit sepiku dan menikmati tangisku.
Kini terduduk diam sendiri di sudut kamar, mata membengkak dan tubuh gontai untuk berjalan. Menikmati gelap dan kesendirian, membangun semua keberanian diatas pondasi hati yang berpasir kebimbangan. Berhasil untuk sesaat lalu hancur juga kena hempasan ombak kegalauan.
Satu malam aku berdoa, berharap diberikan kekuatan. Tapi tetap saja aku bingung tanpa arah, apa yang ingin aku pinta?? Kekuatan untuk mampu menyimpan semua rasa ini atau kekuatan agar aku mampu untuk utarakan semuanya.
Tuhan… berikan aku sebuah kekuatan, sebuah kekuatan untuk mengutarakan atau hanya menyimpannya erat. Biarlah hanya Kau yang tahu dan tunjukkan, jalan mana kelak yang harus aku lewati. Hingga aku kembali mengikuti panggilan suaraMU…
Periku.. kau tak pernah berikan prahara ini
Kau hanya duduk diam disamping lembayung senja
Berdampingan dengan si teduh yang langsing
Tapi hatiku yang berharap ada celah
Senyummu menerangi gelapku
Yang terbungkus rapi akan luka
Gemerisik dedaunan kering
Dan iringan nyanyian binatang malam
Kian membuat hatiku terkulai bersandar dalam harmonimu
Meronta terjerat akan beku bibirmu
Berpayung dengan rinai hujan
Tetap membuatmu terlihat anggun
Dan nestapaku hadir barang sedetik
Wajah sayumu buat aku selalu rindu
Ijinkan jiwa untuk bersanding dan berlabuh
Lelah terus mendayung perahu ku
Menata tiap kepingan di dermaga hatimu
Hingga asa merona di setiap lambaian waktu
0 comments:
Posting Komentar